Di dalam sejarah India kuno, terdapat sebuah praktik yang mengerikan yang dikenal sebagai “sati”. Praktik ini melibatkan para janda yang membakar diri mereka sendiri sebagai bentuk penghormatan kepada suami yang telah meninggal. Ritual ini dianggap sebagai tindakan yang mulia dan dihormati dalam masyarakat India pada saat itu. Namun, praktik ini telah lama ditinggalkan dan dilarang karena kekejaman dan kebrutalan yang melibatkan nyawa manusia.
Praktik sati berasal dari kepercayaan bahwa seorang wanita yang membakar dirinya sendiri setelah kematian suaminya akan mendapatkan kehormatan dan keberuntungan di kehidupan setelah mati. Dalam masyarakat India pada masa lalu, kehormatan dan status sosial seorang wanita sangat tergantung pada suaminya. Oleh karena itu, dengan melakukan sati, mereka berharap untuk mempertahankan kehormatan dan status sosial mereka bahkan setelah suami meninggal.
Proses dan Konsekuensi Ritual Sati
Proses sati dimulai dengan persiapan khusus, dimana para janda mengenakan pakaian pernikahan dan diberi minuman yang mengandung zat penenang. Setelah itu, mereka ditempatkan di atas tumpukan kayu yang kemudian dinyalakan. Para janda yang melakukan sati diyakini akan mendapatkan tempat di surga dan dihormati oleh masyarakat.
Namun, praktik ini memiliki konsekuensi yang sangat mengerikan. Para janda yang melakukan sati akan menghadapi kematian yang sangat menyakitkan dan tragis. Selain itu, ada juga kemungkinan bahwa mereka dipaksa atau diancam oleh keluarga atau masyarakat untuk melakukan sati. Hal ini menunjukkan betapa kejamnya praktik ini dan betapa pentingnya melindungi hak-hak perempuan.
Meskipun praktik telah dilarang di India pada abad ke-19, masih ada beberapa kasus yang dilaporkan di beberapa daerah terpencil. Pemerintah India dan organisasi hak asasi manusia terus bekerja keras untuk menghentikan praktik ini dan melindungi perempuan dari kekerasan dan penindasan.