Pendahuluan
Sumala: Mengungkap Teror Urban Legend. Industri perfilman horor Indonesia kembali diramaikan dengan kehadiran film “Sumala”. Mengangkat kisah yang diadaptasi dari urban legend yang sempat viral di media sosial, film garapan sutradara Rizal Mantovani ini sukses menarik perhatian penonton sejak penayangannya di bioskop pada September 2024 dan kemudian meraih popularitas di platform streaming Netflix.
Dari Utas Viral ke Layar Lebar
“Sumala” berawal dari sebuah utas di media sosial X (sebelumnya Twitter) yang ditulis oleh akun @BangBetz_. Utas tersebut mengisahkan sebuah legenda menyeramkan dari salah satu desa terpencil di Kabupaten Semarang pada tahun 1940-an. Cerita ini dengan cepat menyebar dan menjadi viral, menarik perhatian luas karena elemen misteri dan kengerian lokal yang diangkat. Popularitas kisah inilah yang kemudian dilirik oleh Hitmaker Studios untuk diadaptasi ke dalam bentuk film layar lebar. situs slot gacor andalan sejak 2019 di situs totowayang rasakan kemenangan dengan mudah.
Sinopsis: Perjanjian Gelap dan Balas Dendam Arwah
Film “Sumala” berlatar tahun 1948 dan berpusat pada kisah sepasang suami istri kaya, Soedjiman (Darius Sinathrya) dan Sulastri (Luna Maya), yang sangat mendambakan keturunan setelah bertahun-tahun menikah. Tekanan dari lingkungan dan keluarga membuat Sulastri nekat mencari jalan pintas untuk memiliki anak. Dalam keputusasaannya, ia membuat perjanjian gelap dengan iblis melalui seorang dukun.
Perjanjian tersebut membuahkan hasil, Sulastri hamil dan melahirkan anak kembar perempuan, Kumala dan Sumala. Namun, kelahiran keduanya membawa tragedi. Salah satu bayi, Sumala, lahir dalam kondisi cacat dan berwajah buruk rupa. Soedjiman yang tidak menginginkan anak tersebut tega membunuhnya. Tindakan Soedjiman ini ternyata melanggar perjanjian dengan iblis, memicu malapetaka bagi keluarga mereka dan seluruh desa.
Kumala, anak yang selamat, tumbuh dengan kondisi cacat fisik dan mental. Ia mengalami penderitaan dan perlakuan buruk dari lingkungan sekitarnya, bahkan dianggap sebagai pembawa sial. Saat penderitaan Kumala mencapai puncaknya, arwah Sumala bangkit dari kubur. Sumala yang penuh dendam kemudian mengendalikan Kumala dan meneror orang-orang yang telah menyakiti saudara kembarnya, membawa serangkaian kematian misterius dan ketakutan mencekam di desa tersebut.
Produksi dan Pemeran
Film “Sumala” diproduksi oleh Hitmaker Studios, yang dikenal dengan berbagai film horor suksesnya. Kursi sutradara ditempati oleh Rizal Mantovani, sutradara yang telah berpengalaman dalam menggarap berbagai genre film, termasuk horor. Naskah film ini ditulis oleh Betz Illustration dan Riheam Junianti.
Baca Juga: Indigo: What You See? – Menguak Makna dan Pesan di Balik Layar
Jajaran pemain “Sumala” diisi oleh aktor dan aktris ternama Indonesia. Luna Maya memerankan karakter Sulastri, sementara Darius Sinathrya berperan sebagai Soedjiman. Peran si kembar, Kumala dan Sumala, dibawakan dengan apik oleh Makayla Rose Hilli. Selain itu, film ini juga didukung oleh aktor lain seperti Ivonne Dahler dan Denino Basrial. Luna Maya juga terlibat dalam produksi film ini sebagai salah satu produser eksekutif.
Genre, Gaya, dan Penerimaan
“Sumala” dikategorikan sebagai film horor thriller dengan elemen slasher. Beberapa ulasan mencatat bahwa film ini menampilkan adegan yang cukup eksplisit (gore) dan memiliki alur cerita yang cenderung lugas dan mudah diikuti. Meskipun ada yang merasa plotnya kurang twist, banyak penonton yang mengapresiasi atmosfer mencekam yang dibangun serta profesionalisme para pemain dalam membawakan karakternya, terutama akting Makayla Rose Hilli sebagai si kembar.
Saat tayang di bioskop, “Sumala” berhasil menarik lebih dari 1,4 juta penonton, sebuah angka yang cukup signifikan untuk genre horor. Kesuksesannya berlanjut ketika film ini tayang di Netflix, di mana “Sumala” sempat menduduki peringkat pertama dalam daftar film yang paling banyak ditonton di Indonesia, menunjukkan daya tarik urban legend lokal di kalangan penonton Tanah Air.
Kesimpulan
Meskipun diangkat dari kisah urban legend, perlu dicatat bahwa pihak kepolisian dan kepala desa setempat yang menjadi latar cerita dalam mitos aslinya telah membantah kebenaran kisah tersebut dan menyatakan bahwa film ini bersifat fiktif.
Secara keseluruhan, “Sumala” berhasil menghadirkan sebuah tontonan horor yang efektif dalam memanfaatkan kengerian dari cerita rakyat. Dukungan dari para pemain berpengalaman dan penyutradaraan yang mumpuni menjadikan film ini salah satu rilisan horor Indonesia yang patut diperhitungkan.